Aqiqah Sachie

Bismillah...

Sepengetahuan saya dan suami, aqiqah itu adalah memotong hewan (dalam hal ini kambing) untuk sang anak (satu untuk perempuan dan dua ekor untuk laki-laki). Hukumnya sunnah muakad. Sunah yang utama.

Diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, “Untuk anak laki-laki, yang disembelih dua ekor kambing, dan untuk anak perempuan yang satu ekor kambing.”
Hadits Shahih diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1513) dan Ahmad (VI/13)
Aqiqah juga memberi nama anak
Sesungguhnya kalian pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak-bapak kalian, maka baguskanlah nama-namamu. (HR Muslim).
Selain memberi nama, anak juga dicukur rambutnya. Setelah dicukur, rambut anak ditimbang dan beratnya ditukar dengan nilai perak. Ada juga yang berpendapat beratnya ditukar dengan nilai emas. Tapi karena setau kami dalilnya lebih kuat menukar dengan perak maka kami menukar rambut Sachie yang sudah dicukur dengan nilai perak.
“Setiap anak yang baru dilahirkan itu tergadai oleh akikahnya yang disembelih atas namanya pada hari ketujuh kelahirannya, dicukur dan diberi nama.”
Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud (2838), dan oleh At-Tirmidzi (1522). Katanya hadits ini Hasan Shahih
Imam Malik meriwayatkan hadits dari Ja'far bin Muhammad dari ayahnya, ia berkata, Fatimah r.a. menimbang rambut Hasan, Husain dan Zainab, dan Ummu Kultsum, lalu berat timbangan rambut tersebut diganti dengan perak dan disedekahkan.
Ibnu Ishaq meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abu Bakar, dari Muhammad bin Ali bin Husain r.a., ia berkata, Rasulullah melaksanakan aqiqah berupa seekor kambing untuk Hasan. Beliau bersabda, Fatimah, cukurlah rambutnya. Fatimah kemudian menimbangnya dan timbangannya mencapai ukuran perak seharga satu dirham atau setengah dirham.
Yahya bin Bakr meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., bahwa Rasulullah SAW memerintahkan untuk mencukur rambut Hasan pada hari ketujuh setelah kelahirannya. Lalu rambutnya dicukur dan beliau mensedekahkan perak seberat rambut tadi.
Perintahnya aqiqah dilaksanakan di hari ketujuh, empat belas atau dua satu. Tapi kemarin Sachie diaqiqahkan di hari ke 17 usianya. Penyebabnya karena di rumah, kakeknya Sachie telah menyiapkan acara syukuran kelahiran Sachie, syukuran bahwa sang putrinya tercinta (saya) dan cucunya sehat dan selamat, sekaligus syukuran hari kelahiran ayah ke 52 tahun. Sehingga harus menunggu hingga hari libur yang jatuh pada hari ke 17 usia Sachie.

Eh iya saya mau cerita sedikit, jadi Sachie lahir di Bogor, setelah Sachie lahir orang tua saya baru tiba di Bogor malam harinya. Sayangnya karena ayah ibu saya sibuk, ayah harus kerja dan ibu harus menjalankan bisnisnya (caelah gayaaaa..) maka ayah ibu hanya menginap dua hari dua malam di Bogor huhu... Setelah itu saya dan suami mandiri mengurus Sachie. Tepuk tangan untuk kita semua horeeee... 

Setelah itu setiap hari orang tua saya menelpon kapan Sachie akan dibawa ke Palembang. Akhirnya ayah berhasil membujuk kami untuk melaksanakan aqiqah di Palembang. Katanya sekalian syukuran ulang tahun ayah. Deuh.. saya kan anaknya ayah banget ya, apa-apa ke ayah, ya dibujuk begitu saya jadi pengen pulang hehe..

Akhirnya kami bertiga (saya, suami dan Sachie) pulang ke Palembang. Naik pesawat? Tentu tidak, kan belum boleh. Jadi kami naik mobil pribadi. Sang suami yang nyetir dan saya memangku Sachie sepanjang perjalanan Bogor Palembang. Mari beri tepuk tangan lagi... -___-"

Awalnya saya khawatir nanti posisi saya menggendong Sachie salah, takut Sachie kesakitan. Tapi setelah googling sana googling sini, katanya tubuh bayi kuat, sehingga jikapun kita salah menggendong dia akan tetap baik-baik saja, asal kira-kira juga sih ya ngegendongnya. Jadi bismillah, 20 Desember 2012 kami berangkat ke Palembang. Sepanjang perjalanan Bogor-Merak suami masih bisa ngebut 80 - 100 km/jam karena jalan yang dilewati jalan tol dan jalanannya bagus. Ketika sampai Sumatera, kecepatan maksimal kayaknya cuma 60 km/jam deh, lebih sering 30 km/jam malah. Jalannya subhanallah deh. Jebol sana jebol sini. Biar begitu alhamdulillah sepanjang perjalanan Sachie anteng luar biasa.

Karena sampe Lampung sore, dan jalan lintas timur ga banget buat dilalui mobil pribadi di malam hari, jadi kami nginep. Kami nginep di Lampung. Di hotel pas di depan bandara Lampung. Hotel apa ya namanya, pokoknya harganya cuma 100rb/malam. Alhamdulillah walau tuh kamar ajaib tanpa AC dan berkasur kapuk, asma saya ga kumat, suami juga ga bersin-bersin dan Sachie bobonya anteng.

Tanggal 21 Desember 2012, sekitar jam lima sore kami tiba di rumah. Semua orang menyambut Sachie terutama adik-adik saya, Alvin dan Mia yang langsung berbinar-binar melihat Sachie, keponakan pertama mereka.

Sachie :*
Monggo dilihat dulu foto acara aqiqahan kemaren
 
Saya - ibu saya - ibunya ibu - suami
Ibu-ibu rebanaan
Bapak-bapak yang baca kitab kuning (???)

Sepupu saya, Kak Ali, pegel kayaknya doi gendongin Sachie sepanjang acara haha...
Sachie dicukur uyutnya (mak bapaknye cemas haha..)
ustadz yang ceramah

Tetamuan
tetamuan

tetamuan

antri makan
Antri makan
Jadi waktu kami bilang ke ayah saya kalo mau aqiqahan di Bogor aja, ayah bertanya "emang ada dananya?" et dah bokap gue... -___-"

Alhamdulillah ada, budget buat ngelahirin kemaren masih nyisa, jadi bisa buat beli kambing, karena emang aqiqah itu intinya cuma beli kambing dipotong, dimasak, dibagiin ke tetangga, trus bilang "anak kami baru lahir, namanya Sachie Pratami Wilopo. Gitu doang...

Ternyata saya baru tau kenapa ayah saya bertanya soal dana, karena di Palembang, kalo mau aqiqahan adatnya ribet bener dah.. Ada baca kitab kuning, ada rebanaan. Dan bahayanya banyak yang taunya kalo semua adat itu adalah kewajiban. Pantes aja ya banyak yang ga aqiqahan, karena ngirain wajibnya begono. Berat bener dah..

Sebenernya ayah sempet galau, karena beberapa hari sebelum acara, ayah sempet ngobrol sama ustadz yang akan ceramah di rumah. Sang Usatdz yang lulusan al azhar mesir ini bilang "itu bid'ah (mengada-adakan sesuatu perkara)". Trus karena tenda sudah dipesan (ga tanggung-tanggung, mesennya 10 unit, nikahan saya saja cuma 7 unit -__-"), yang masak udah siap-siap jadilah acara tetap diselenggarakan. Dengan niatan bentuk kebahagiaan ayah menyambut datangnya sang cucu pertama dari anak pertamanya.

Ustadznya luar biasa berani, pas acara beliau berani tuh bilang kalo acara yang begini tuh ga ada, ga wajib, wajibnya begini begitu aja, ga perlu sampe rebanaan, baca kitab kuning dll. Dan atas keberanian sang ustadz, sampe sekarang ayah saya ngaji sama ustdaznya setiap sabtu sore. Wuaaaah...

Oh iya, yang paling berkesan saat aqiqah Sachie adalah Sachie sepanjang acara bobo, padahal rebana berisiknya luar biasa, dia tetep aja bisa tidur nyenyak.. Luar biasa Nak!

Selesai acara ayahnya ngegundulin Sachie pake pisau cukur. Sachienya saya susuin. Saya sama ayahnya ketawa-ketawa waktu ngebotakin Sachie. Lucu karena pas baru setengah kepala Sachienya bangun haha...
gunduuuul...

You Might Also Like

2 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini